A. Definisi dan Batasan 1. Sastra dan Studi Sastra Pertama-tama kita harus membedakan antara satra dan studi sastra. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni, sedangkan studi sastra adalah cabang ilmu pengetahuan. Memang susah mengaburkan perbedaan ini. Seorang penelaah sastra harus dapat menerjemahkan pengalaman sastranya dalam bahasa ilmiah, dan harus dapat menjabarkannya dalam uraian jelas dan rasional. Mungkin saja bahan studinya sedikit banyak mengandung unsur yang sangat tidak rasional. Namun, dalam hal ini posisi penelaah tidak lebih dari posisi seorang sejarawan seni rupa atau musik bahkan seorang ahli sosiologi atau anatomi. Jelas, hubungan sastra dan studi sastra menimbulkan beberapa masalah yang rumit. Jalan keluar yang pernah ditawarkan bermacam-macam. Sejumlah teoritikus menolak mentah-mentah bahwa telaah sastra adalah ilmu, dan menganjurkan “penciptaan ulang” (second creation) sebagai gantinya seperti yang dilakukan oleh Walter Pater dan Jhon Addi...
Tiga Di Hati
oleh:
oleh:
Dimas Arika Mihardja
D Kemalawati
Penerbit : Lapena
Desain : Ardi Nugroho
Buku ini memiliki nilai historis yang penting, saat tiga penyair berjalan beriring dalam wisata budaya sebagai rangkaian acara Temu Sastrawan Indonesia III di Tanjung Pinang. Tiga penyair yang berawalan huruf “D” yang disebut Dimas dengan “3D” ini kemudian bersepakat untuk mengabadikan momentum historis dengan penerbitan buku antologi puisi ini. Buku yang secara simbolis ingin mengikat proses historis ini. Antologi 3 di Hati, merajut sajak-sajak Dimas Arika Mihardja lebih memerah, penuh semangat yang menyala-nyala. Sementara sajak-sajak D. Kemalawati (Deknong) lebih menyuarakan tentang berbagai alamat dunia dan akhirat dengan bahasa yang lebih lugas. Sedangkan sajak-sajak Diah Hadaning (Diha) lebih sejuk, hening dan teduh, serupa ‘kearifan pelangi’. Tema-tema demikian terimplisitkan dari sajak-sajak seperti dalam “Semak Bakau yang Menyapa dalam Diam”, “Perempuan-perempuan Pulau Sunyi”, “Hujan Oktober dan Gurindam Hati”, “Teratak Kecil di Pulau Sunyi”, dan “Intan dari Pulau Sunyi”.
Sehingga pembaca tidak hanya menganggap puisi ini puisi yang biasa. Puisi dengan jamuan yang bervariasi degan tiga antologi yang mewarnai sajak demi sajak yang bermakna. Seperti puisi yang berjudul “Kearifan Pelangi” yang memberi makna bahwa pelangi yang berada di langit bumi, langit hati, di jagat raya, di jagat nyata menyapa mereka “D-Tiga” yang disaksikan para hang diawang-awang. Dalam puisi tersebut menggunakan kata sederhana manun berlukis indah. Secarah menyeluruh kumpulan puisi ini memiliki keindahan, makna kata yang bervariasi, dan membawa pembaca dalam fatamorgana kata. Buku antologi puisi ini di kemas dengan khas.
Comments
Post a Comment